
Ngajayak Laut: Wujud Syukur Nelayan kepada Alam – Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang kaya akan budaya pesisir. Salah satu tradisi yang hingga kini masih lestari adalah Ngajayak Laut, yaitu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di pesisir Jawa Barat, khususnya di daerah sekitar Bandung Selatan, Pangandaran, dan Sukabumi. Tradisi ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang melimpah serta doa agar selalu diberi keselamatan dalam mencari nafkah di laut.
Kata “ngajayak” dalam bahasa Sunda berasal dari kata “jayak” yang berarti mengarak atau membawa sesuatu dalam prosesi. Jadi, Ngajayak Laut secara harfiah berarti “mengarak ke laut”. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan mengarak sesaji atau hasil bumi menuju laut, kemudian dihanyutkan sebagai simbol pengembalian sebagian rezeki kepada alam. Prosesi ini juga mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan laut sebagai sumber kehidupan.
Asal-usul tradisi ini tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan masyarakat Sunda lama yang memandang alam sebagai sesuatu yang harus dihormati. Laut dianggap memiliki “penunggu” atau roh penjaga, sehingga manusia harus menjaga sikap dan rasa hormat terhadapnya. Dalam konteks modern, nilai-nilai tersebut diterjemahkan sebagai bentuk pelestarian lingkungan dan wujud kesadaran ekologis.
Selain itu, Ngajayak Laut juga menjadi simbol gotong royong dan solidaritas sosial. Setiap tahun, seluruh warga pesisir berpartisipasi, baik sebagai nelayan, pengrajin, pedagang, maupun pelajar. Mereka bersatu dalam satu tujuan: berterima kasih atas berkah laut dan memohon keselamatan bersama.
Prosesi dan Nilai Budaya dalam Ngajayak Laut
Rangkaian acara Ngajayak Laut biasanya berlangsung meriah dan penuh makna. Tradisi ini dapat berlangsung selama satu hingga tiga hari, tergantung kebiasaan daerah masing-masing. Berikut urutan prosesi yang umum dilakukan:
-
Persiapan dan Gotong Royong
Sebelum acara dimulai, masyarakat bersama-sama menyiapkan segala kebutuhan, mulai dari membuat hiasan, menyiapkan sesaji, hingga membersihkan area pantai. Persiapan ini menjadi ajang mempererat kebersamaan dan semangat gotong royong. -
Pembuatan Sesaji (Persembahan)
Sesaji yang akan dihanyutkan ke laut biasanya terdiri dari hasil bumi, nasi tumpeng, buah-buahan, ayam panggang, dan bunga. Dalam beberapa daerah, sesaji juga dilengkapi dengan miniatur kapal nelayan atau patung simbolik yang dihias indah. Semua itu melambangkan hasil kerja keras manusia dan rasa syukur atas rezeki yang diberikan alam. -
Arak-Arakan Menuju Laut
Pada hari pelaksanaan, masyarakat berpakaian adat Sunda dan membawa sesaji dalam arak-arakan besar menuju pantai. Iringan musik tradisional seperti gendang, angklung, dan gamelan degung mengiringi langkah mereka, menciptakan suasana sakral sekaligus meriah. Arak-arakan ini juga sering disertai tari-tarian seperti Tari Jaipong dan Tari Merak sebagai simbol kegembiraan. -
Upacara di Pesisir
Di tepi pantai, pemuka adat atau tokoh masyarakat memimpin doa bersama. Mereka memanjatkan rasa syukur dan harapan agar laut senantiasa memberi rezeki, menjauhkan bencana, serta menjaga kelestariannya. Setelah itu, sesaji dihanyutkan ke laut sebagai bentuk persembahan simbolik. -
Pagelaran Seni dan Hiburan Rakyat
Setelah prosesi adat selesai, masyarakat biasanya mengadakan hiburan rakyat seperti lomba perahu, pertunjukan wayang golek, musik dangdut, dan bazar kuliner laut. Inilah momen di mana tradisi bertemu dengan hiburan modern tanpa menghilangkan nilai-nilai spiritual di dalamnya.
Tradisi Ngajayak Laut bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga warisan budaya yang mengandung banyak nilai luhur, antara lain:
-
Nilai religius, karena mencerminkan rasa syukur kepada Tuhan atas nikmat yang diberikan.
-
Nilai sosial, karena memperkuat rasa kebersamaan dan persaudaraan antarwarga.
-
Nilai ekologis, karena menumbuhkan kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kelestarian laut.
-
Nilai budaya, karena menjadi sarana untuk melestarikan kesenian dan adat istiadat Sunda.
Dalam konteks kehidupan modern, tradisi ini juga memiliki nilai ekonomi dan pariwisata. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang untuk menyaksikan kemeriahan Ngajayak Laut. Pemerintah daerah pun sering menjadikannya agenda tahunan untuk mempromosikan potensi wisata pesisir dan hasil laut masyarakat setempat.
Kesimpulan
Ngajayak Laut bukan sekadar upacara adat, melainkan manifestasi hubungan spiritual dan sosial masyarakat pesisir dengan laut sebagai sumber kehidupan. Tradisi ini menggambarkan kearifan lokal masyarakat Sunda yang menghormati alam dan menjaga keseimbangan antara manusia, lingkungan, dan Sang Pencipta.
Dalam era modern yang serba cepat, pelestarian tradisi seperti Ngajayak Laut menjadi sangat penting. Ia bukan hanya menjaga identitas budaya, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, serta kesadaran ekologis bagi generasi muda. Melalui tradisi ini, masyarakat diajarkan untuk bersyukur, menghargai alam, dan hidup selaras dengan lingkungan.
Ngajayak Laut telah menjadi bukti bahwa warisan leluhur bukanlah sesuatu yang ketinggalan zaman, melainkan cermin kebijaksanaan lokal yang relevan dengan kehidupan masa kini. Dengan melestarikan tradisi ini, masyarakat Bandung dan Jawa Barat tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga meneguhkan jati diri sebagai bangsa yang berakar kuat pada kearifan dan rasa syukur kepada alam.