Mengenal Degung, Warisan Musik Sunda Khas Bandung

Mengenal Degung, Warisan Musik Sunda Khas Bandung – Degung adalah salah satu bentuk gamelan Sunda yang berasal dari Jawa Barat, khususnya Bandung dan sekitarnya. Kata “degung” sendiri memiliki beberapa tafsir. Sebagian pakar mengatakan bahwa istilah ini berasal dari kata “ngadeg” yang berarti tegak atau berdiri, serta “agung” yang berarti besar atau mulia. Dengan demikian, degung dimaknai sebagai musik yang agung, mulia, dan penuh wibawa. Ada pula yang menyebut bahwa “degung” mengacu pada bunyi gong besar yang menjadi pusat irama dalam gamelan Sunda.

Sejarah keberadaan degung dipercaya sudah ada sejak abad ke-18 pada masa pemerintahan kolonial Belanda di Priangan. Pada awalnya, degung dimainkan di lingkungan keraton atau kalangan bangsawan Sunda sebagai bentuk hiburan sekaligus lambang status sosial. Instrumen degung sering mengiringi acara resmi, pertemuan penting, hingga upacara adat yang sakral. Seiring waktu, degung kemudian berkembang dan menjadi hiburan rakyat yang dapat dinikmati lebih luas oleh masyarakat Sunda.

Secara filosofis, degung tidak hanya sekadar musik, tetapi juga sarat makna kehidupan. Irama degung yang lembut dan mendayu-dayu melambangkan ketenangan batin, keseimbangan, serta hubungan harmonis antara manusia dengan alam. Setiap tabuhan gamelan menggambarkan alur kehidupan yang penuh ritme, kadang cepat, kadang lambat, namun tetap menyatu dalam harmoni.

Degung kini diakui sebagai salah satu identitas budaya Sunda yang tetap bertahan meski zaman terus berubah. Bahkan UNESCO telah mengakui gamelan, termasuk gamelan Sunda, sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, yang menjadikan degung semakin dihargai di kancah internasional.

Instrumen dan Keunikan Alunan Degung

Degung berbeda dengan gamelan Jawa maupun Bali. Ciri khasnya terletak pada instrumen, laras nada, serta cara memainkannya. Satu set gamelan degung umumnya terdiri atas:

  1. Saron dan Peking – Alat musik bilah dari logam yang menghasilkan nada dasar.

  2. Bonang – Kumpulan gong kecil yang berfungsi memberikan variasi nada.

  3. Jengglong – Instrumen berpola gong kecil yang berperan sebagai penanda ritme.

  4. Gong Gedé – Gong besar yang menjadi klimaks setiap rangkaian tabuhan, sekaligus penentu keseimbangan irama.

  5. Kendang – Alat perkusi berbentuk gendang yang memimpin tempo permainan.

  6. Suling Sunda – Seruling bambu dengan nada khas Sunda yang memberi sentuhan lembut dan mendayu.

  7. Rebab – Instrumen gesek yang menambah nuansa emosional dalam musik degung.

Keunikan utama degung terletak pada laras pelog dan salendro yang menghasilkan nada berbeda dari musik modern. Bunyi-bunyi yang muncul terdengar menenangkan, bahkan dianggap mampu membawa pendengarnya pada suasana meditatif. Itulah sebabnya degung sering dipakai untuk mengiringi acara tradisi Sunda, seperti pernikahan adat, penyambutan tamu, hingga ritual keagamaan.

Selain sebagai musik instrumental, degung juga kerap dipadukan dengan tembang Sunda atau nyanyian tradisional yang dinyanyikan dengan suara lembut dan penuh penghayatan. Kombinasi suling, rebab, dan vokal manusia menciptakan suasana syahdu yang sulit ditandingi jenis musik lain.

Di era modern, degung mengalami perkembangan menarik. Banyak musisi kontemporer yang mencoba menggabungkan gamelan degung dengan alat musik modern, seperti gitar elektrik, piano, bahkan musik elektronik. Eksperimen ini membuat degung tetap relevan dan digemari generasi muda, sekaligus memperluas audiensnya ke tingkat global.

Peran Degung di Bandung dan Upaya Pelestarian

Bandung sebagai pusat budaya Sunda memiliki peran besar dalam menjaga kelestarian degung. Banyak sanggar seni, sekolah, hingga perguruan tinggi seni di Bandung yang secara aktif mengajarkan gamelan Sunda, termasuk degung, kepada generasi muda. Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, misalnya, menjadi salah satu lembaga yang berkomitmen melestarikan seni tradisi Sunda.

Pertunjukan degung juga sering ditampilkan di berbagai acara kebudayaan, festival seni, maupun kegiatan pariwisata. Di Bandung, wisatawan bisa menemukan pementasan degung di hotel-hotel, restoran tradisional, maupun acara khusus yang diselenggarakan pemerintah daerah. Kehadiran musik degung menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang ingin merasakan suasana khas Sunda.

Selain itu, media digital juga berperan penting dalam memperkenalkan degung ke dunia. Rekaman musik degung kini banyak tersedia di platform musik daring, bahkan dimainkan dalam bentuk kolaborasi dengan musisi internasional. Hal ini membuktikan bahwa degung tidak hanya hidup di kalangan masyarakat Sunda, tetapi juga mulai dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat global.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Generasi muda cenderung lebih tertarik pada musik modern daripada musik tradisional. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dalam cara mengenalkan degung, misalnya dengan mengadakan workshop interaktif, festival seni dengan kolaborasi lintas genre, atau pengemasan musik degung dalam format yang lebih dekat dengan gaya hidup anak muda masa kini.

Pemerintah daerah Jawa Barat bersama komunitas seniman Sunda terus berupaya menjaga eksistensi degung. Beberapa langkah nyata yang dilakukan antara lain memasukkan gamelan Sunda dalam kurikulum sekolah, mendukung kegiatan seni tradisi, hingga memberikan penghargaan kepada seniman-seniman senior yang berjasa melestarikan degung.

Kesimpulan

Degung adalah warisan budaya Sunda yang lahir, tumbuh, dan berkembang di Bandung serta sekitarnya. Dengan sejarah panjang, filosofi mendalam, instrumen unik, dan alunan yang khas, degung telah menjadi identitas musik Sunda yang tak ternilai.

Sebagai musik tradisional, degung bukan hanya sekadar hiburan, melainkan simbol harmoni, ketenangan, dan kebijaksanaan hidup. Kehadirannya di Bandung menjadikan kota ini semakin kaya budaya, sekaligus memperkuat posisinya sebagai pusat kreativitas dan seni di Indonesia.

Namun, keberlanjutan degung sangat bergantung pada upaya pelestarian oleh masyarakat, seniman, dan pemerintah. Melalui pendidikan, pertunjukan, serta inovasi dalam pengemasan, degung bisa tetap hidup dan dicintai oleh generasi muda.

Dengan demikian, Mengenal Degung berarti juga memahami jiwa budaya Sunda, sebuah warisan yang pantas dirawat, dijaga, dan dibanggakan, bukan hanya oleh masyarakat Bandung, tetapi juga oleh bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Scroll to Top