Mengenal Combro dan Misro, Jajanan Khas Bandung

Mengenal Combro dan Misro, Jajanan Khas Bandung – Bandung tidak hanya terkenal dengan julukan Kota Kembang, tetapi juga dengan kekayaan kulinernya yang unik dan beragam. Di antara sekian banyak jajanan tradisional yang populer, Combro dan Misro adalah dua gorengan khas Bandung yang selalu berhasil menarik perhatian. Keduanya sama-sama berbahan dasar singkong parut, namun memiliki isi dan cita rasa berbeda.

Combro adalah singkatan dari “oncom di jero”, yang berarti “oncom di dalam” dalam bahasa Sunda. Dari namanya saja sudah jelas, makanan ini dibuat dengan cara membentuk adonan singkong parut menjadi bulat atau lonjong, lalu diisi dengan tumisan oncom yang gurih dan pedas. Setelah digoreng hingga kecokelatan, Combro memiliki cita rasa renyah di luar dan lembut pedas gurih di dalam.

Sementara itu, Misro merupakan singkatan dari “amis di jero”, artinya “manis di dalam”. Bentuk dan bahan dasar Misro sama dengan Combro, hanya saja isinya berupa gula merah. Ketika digoreng, gula merah di bagian dalam akan meleleh, menciptakan sensasi manis legit yang berpadu dengan tekstur singkong yang renyah.

Kedua jajanan ini sudah ada sejak lama dan diyakini berasal dari masyarakat Sunda, khususnya Jawa Barat. Penggunaan singkong sebagai bahan utama bukanlah hal yang kebetulan. Singkong memang menjadi salah satu bahan pangan pokok masyarakat Jawa Barat sejak zaman dahulu karena mudah ditanam dan diolah. Dari sanalah lahir berbagai olahan singkong, termasuk Combro dan Misro.

Hingga kini, Combro dan Misro masih banyak dijajakan di pasar tradisional, pinggir jalan, hingga warung gorengan sederhana di Bandung. Rasanya yang khas dan harganya yang terjangkau membuat keduanya selalu dicari oleh berbagai kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa.

Cita Rasa, Proses Pembuatan, dan Keunikan

Combro dan Misro sama-sama dibuat dari bahan dasar singkong yang diparut halus. Singkong kemudian diperas untuk mengurangi kadar air, lalu diberi bumbu sederhana seperti garam dan sedikit kelapa parut agar rasanya lebih gurih. Setelah itu, adonan dibentuk bulat atau lonjong sesuai selera. Perbedaan utama baru terlihat pada isiannya.

Untuk Combro, isiannya adalah oncom yang ditumis terlebih dahulu. Oncom biasanya diolah bersama bawang merah, bawang putih, daun bawang, cabai rawit, dan sedikit gula garam. Hasil tumisan oncom ini memberikan rasa gurih pedas yang sangat khas. Saat Combro digoreng, perpaduan singkong renyah dan isian oncom pedas menghasilkan sensasi nikmat yang membuat banyak orang ketagihan.

Sedangkan Misro diisi dengan potongan gula merah. Saat adonan singkong digoreng, gula merah di dalamnya akan mencair sehingga memberikan sensasi manis legit ketika digigit. Bagian luar renyah, bagian dalam manis lumer — perpaduan sederhana tapi selalu memikat.

Keunikan Combro dan Misro juga terletak pada keseimbangan rasa. Jika Combro identik dengan rasa gurih pedas yang cocok untuk penggemar makanan asin, Misro hadir dengan rasa manis yang lebih ramah untuk semua kalangan, termasuk anak-anak. Tak jarang, keduanya dijajakan bersamaan dalam satu wadah sehingga pembeli bisa memilih sesuai selera atau bahkan membeli keduanya sekaligus.

Selain enak, Combro dan Misro juga punya nilai budaya. Nama keduanya lahir dari kreativitas bahasa Sunda yang sederhana, tetapi penuh makna. Kata-kata “di jero” yang berarti “di dalam” menjadi ciri khas, menunjukkan isi tersembunyi di balik adonan singkong. Hal ini membuat makanan tradisional ini bukan sekadar jajanan, melainkan bagian dari identitas kuliner Sunda yang masih bertahan hingga sekarang.

Dari sisi penyajian, Combro dan Misro biasanya dinikmati hangat-hangat, baru keluar dari penggorengan. Aromanya yang gurih langsung menggoda selera. Harganya pun relatif murah, berkisar mulai dari seribu hingga beberapa ribu rupiah per buah, tergantung ukuran dan tempat penjualannya.

Seiring waktu, banyak penjual mencoba menghadirkan variasi baru. Ada Combro isi oncom yang lebih pedas, ada juga yang menambahkan isian keju atau sosis untuk menyesuaikan selera modern. Misro pun tidak kalah bervariasi, ada yang menggunakan gula aren cair, ada pula yang menggabungkan rasa manis dan asin dalam satu gigitan. Namun, tetap saja, Combro dan Misro klasik dengan isi original masih menjadi favorit utama masyarakat.

Tidak hanya sekadar jajanan, Combro dan Misro juga punya filosofi sederhana tentang kehidupan. Keduanya menunjukkan bagaimana bahan sederhana seperti singkong bisa disulap menjadi makanan lezat dengan isi yang penuh kejutan. Dari luar mungkin terlihat sama, tetapi bagian dalamnya bisa menghadirkan pengalaman rasa yang berbeda: asin pedas atau manis.

Kesimpulan

Combro dan Misro adalah dua jajanan tradisional khas Bandung yang berbahan dasar singkong, namun memiliki rasa berbeda. Combro dengan isian oncom menghadirkan sensasi gurih pedas, sementara Misro dengan isian gula merah menawarkan manis legit yang lumer di mulut. Keduanya sama-sama sederhana, murah meriah, dan tetap dicintai hingga kini.

Lebih dari sekadar makanan, Combro dan Misro mencerminkan kreativitas masyarakat Sunda dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi jajanan yang unik. Nama keduanya yang berasal dari bahasa Sunda pun menambah nilai budaya tersendiri. Tidak heran jika hingga sekarang, Combro dan Misro masih bertahan di tengah gempuran jajanan modern.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Bandung, mencoba Combro dan Misro bisa menjadi pengalaman kuliner yang wajib dicoba. Rasanya yang khas, teksturnya yang unik, serta sejarah panjangnya menjadikan jajanan ini bukan hanya sekadar camilan, melainkan juga bagian dari identitas kuliner Bandung yang patut dilestarikan.

Scroll to Top